JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan hanya menguat tipis, yaitu 9,63 poin (0,21 persen). Kenaikan itu lebih rendah dibanding pekan sebelumnya.
Analis Trust Securities Reza Priyambada menjelaskan, kondisi IHSG selama sepekan memang terbuka peluang untuk melanjutkan kenaikan, meski juga menyimpan potensi untuk aksi ambil untung (profit taking). Kondisi ini tidak terlepas dari berbagai sentimen yang menghinggapi IHSG.
Di awal pekan, IHSG cenderung dipengaruhi rilis inflasi Januari 2013 yang ternyata melonjak. Namun, karena pelaku pasar sudah mengerti bahwa inflasi Januari memang melonjak, ditambah bursa Asia yang bergerak positif setelah merespons rilis kenaikan indeks manufaktur China versi HSBC, maka IHSG pun juga positif. Setelah tiga hari mencoba untuk menutup pada resisten terbarunya, IHSG sempat kembali menutup perdagangan di level 4.500-an.
"Pencapaian level ini sebenarnya bukan hal baru karena pada awal pekan kemarin IHSG pernah mencapai level tertingginya di level 4.518,95. Namun, tidak bertahan lama karena maraknya aksi jual sehingga ditutup di bawah level 4.500-an," kata Reza kepada Kompas.com di Jakarta, Sabtu (9/2/2013).
Menurut Reza, kondisi IHSG memang cenderung variatif di tengah beragamnya bursa regional dan global. Selama sepekan kemarin, IHSG kembali dapat memperbarui level pencapaiannya, yaitu di level 4.518,95, meskipun di akhir pekan harus berakhir di bawah level tertingginya tersebut dan bahkan di bawah level 4.500.
Pencapaian tersebut tidak jauh berbeda dari pekan sebelumnya, di mana masih ditopang positifnya sentimen secara global, terutama dari rilis kinerja emiten global, yang cukup berimbas positif pada IHSG. Meskipun terdapat rilis penurunan PDB Indonesia, tetapi hanya sesaat karena tertutupi dari berita-berita positif tersebut. Bahkan selama sepekan kemarin, lumayan banyak juga emiten yang telah merilis kinerjanya meski bersifat unaudited serta memberikan berita positif terkait pencapaian kinerja 2012 dan prospek usaha di tahun ini.
Untuk pekan kemarin, mayoritas indeks utama tidak ada yang memerah. Sepanjang pekan kemarin, pergerakan indeks sektoral mayoritas bergerak variatif, di mana empat indeks sektoral melemah dan sisanya menguat. Pelemahan indeks sektoral dimotori indeks perkebunan yang melemah -1,47 persen, diikuti oleh indeks pertambangan -1,47 persen, indeks infrastruktur -0,95 persen, dan indeks keuangan -0,39 persen.
Adapun penguatan dipimpin indeks aneka industri sebesar +3,33 persen, diikuti indeks perdagangan +1,40 persen, indeks manufaktur +1,39 persen, dan indeks industri dasar 0,85 persen. Diperkirakan pekan depan, IHSG akan berada pada rentang support 4.432-4.465 dan resisten 4.512-4.532. Hal itu disebabkan IHSG di pekan depan masih berada di area jenuh beli (over bought), apalagi dengan adanya nett sell asing yang kemungkinan akan memicu aksi jual selanjutnya.
"Akan tetapi, jikapun terjadi pelemahan, maka kami berharap dapat terbatas yang tentunya tertahan dengan rilis data-data yang diharapkan bisa positif dan tetap berada pada jalur konsolidasinya," kata Reza.
Untuk pekan depan, terdapat rilis sejumlah data, antara lain Home Loans, NAB Business Confidence, Household Confidence Australia, Household Confidence & GDP Jepang, Industrial production & Non-Farm Payrolls (MoM) Perancis, CPI (MoM) dan (YoY) Inggris, Unemployment rate KorSel; NFIB Small Business AS, Industrial production (MoM) Eropa, Retail sales, NY Empire State Manufacturing Index,dan Industrial Production (MoM) AS, dan lainnya. Adapun rekomendasi saham pekan depan, antara lain ITMG, ASII, WIKA, PTPP, AKRA, SMCB, UNVR, CPIN, MNCN, BABP, ARNA dan ACES.
