JAKARTA, Kompas.com - Prestasi yang baik dan landasan pendidikan yang kuat membawa perenang nasional Patricia Yosita Hapsari mendapat beasiswa pendidikan ke Amerika Serikat.
Cerita tentang mantan atlet Indonesia yang hidup terlunta di masa pensiun sebagai atlet atau masa tuanya bukan hal yang baru. Sebagian besar telah jadi eksploitasi menarik buat media. Penyebabnya pun sudah jelas, pendidikan yang terbengkalai, baik karena beratnya sistem latihan, atau pun karena sebab lain.
Hal seperti inilah yang tidak ingin dihadapi oleh atlet renang nasional, Patricia Yosita Hapsari. Perenang cantik kelahiran Jakarta 30 Juli 19931 ini akan melanjutkan pendidikannya di California Baptist University (CBU) di Riverside, Amerika.
"Saya akan berangkat 24 Desember ini. Sementara kegiatan perkuliahan akan dimulai pada 7 Januari mendatang," kata Yosita, Sabtu (22/12) lalu. Padahal Yosita baru saja kembali ke Jakarta setelah memperkuat Indonesia di ASEAN UNiversity Games di Vientiane, Laos. Di ajang ini ia menyumbangkan 4 emas, 1 perak dan 2 perunggu.
Di Amerika Serikat, Yosita akan mengambil jurusan Kinesiology yang mempelajari sports science dan anatomi tubuh mansuia. "Saya melihat di Singapura, ada ahli yang membantu atlet renang mereka dengan mengetahui kondisi otot dan memaksimalkan kerjanya secara ilimiah. Ternyata mereka mempelajari khusus bidang ini," kata Yosita lagi.
Jika lancar, ia berharap akan menyelesaikan pendidikannya dalam 4 tahun. "Kalau memang harus melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, mengapa tidak?" kata lulusan SMA Don Bosco, Padang ini.
Keinginan Yosita untuk melanjutkan pendidikan usai SMA difasilitasi pelatih Yosita selama di Jakarta, Felix dan Albert Sutanto. Adalah Felix yang menginformasikan adanya beasiswa yang diberikan California Baptist University (CBU) untuk atlet renang berprestasi. Kebetulan, mantan pelatih nasional Lisa Siregar menjadi asisten pelatih kepala di CBU.
Karena memperoleh beasiswa dari CBU, Yosita dibebaskan dari tuition fee sebesar 28 ribu dolar AS. "Ini termasuk akomodasi dan makan. Namun di luar biaya untuk beli buku atau bacaan kuliah lainnya,"kata Yosita .
Untuk kebutuhan tersebut atau kebutuhan harian lainnya, ia mendapat bantuan beasiswa unggulan" dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebesar 12 ribu dolar AS per tahun. ""Beasiswa unggulan dari Kemendikbud ini diberikan kepada siswa berprestasi dari segala bidang, bukan hanya olah raga," kata Yosita lagi.
Fasilitas beasiswa unggulan"" ini masih sedikit diamanfaatkan oleh atlet-atlet nasional mau pun daerah yang berprestasi. "Biasanya yang mendapat fasilitas ini tidak memberi tahu yang lainnya," ungklp Yosita. Untung saja ia mendapat informasi ini dari Sekretaris Umum Pengprov DKI, NUrsyamsu yang puterinya -mantan atlet Zasa Pinkan- juga mendapatkan fasilitas ini. "Ternyata prosesnya sangat mudah dan cepat."
Namun di Amerika, tuntutan buat puteri pasangan Yusuf Sudaryanto dan Damiana Danita ini bukan sekadar prestasi akademik. Ia juga dituntut meningkatkan kemampuannya sebagai atlet renang nasional. Untungnya, di sana ia juga akan ditangani oleh mantan pelatih renang Nasional, Lisa Siregar. "Pelatih kepalanya Rick Rowland, sementara Tante Lisa sebagai asisten pelatih kepala," katanya.
Di Amerika, dengan catatan waktunya sebagai atlet nasional Indonesia, Yosita masuk dalam kompetisi Divisi II National Collegiate Athletic Association (NCAA). "Sebagai perbandingan, perenang nasional AS, Missy Franklin masuk di divisi I," kata Yosita. Ia akan bersaing dengan perenang-perenang wakil-wakil perguruan tinggi AS.
Menurut Yosita, Januari-Februari merupakan jadwal padat buat kompetisi renang NCAA. "Di Januari ada dua jadwal lomba. Sementara Februari ada tiga."
Untung saja dia sudah terbiasa menjalani jadwal latihan yang padat dan berat selama di Indonesia. "Di sana saya berlatih lima hari dalam sepekan. Pagi dua jam dan sore dua jam. Belum ditambah latihan fisik di gym."
Meski tinggal di Amerika, Yosita berharap tetap dapat membela Indonesia di ajang-ajang internasional. Ia bahkan berharap akan mampu tampil di Olmp[iade Rio De Janeiro 2016 mendatang. "Berat memang, tetapi ini tetap masuk target hidup saya."
Nama Yosita memang masuk dalam tim pelatnas Indonesia ke SEA Games Myanmar 2013 mendatang. Hanya ia masih bingung soal pengaturan waktunya. "SEA Games kali ini berlangsung Desember, bersamaan dengan exam atau ujian. Saya serahkan kepada tante Lisa (siregar) Saja soal ini. Saya sih optimistis saja, karena orang Amerika -termasuk institusi pendidikan- katanya sangat memandang tinggi orang atau atlet yang bertanding membela negaranya."
Saya sih optimistis saja, karena orang Amerika -termasuk institusi pendidikan- katanya sangat memandang tinggi orang atau atlet yang bertanding membela negaranya."
Editor :
A. Tjahjo Sasongko