Jakarta - Dua seniman dengan karakter berbeda, RB Ali dan Khoiri, menghadirkan karya mereka dalam pameran lukisan bertajuk “Ngalor-Ngetan” di Bentara Budaya Jakarta, 23 Mei-1 Juni 2014. Dalam lukisannya, baik Ali dan Khoiri memiliki corak dan pola visual yang berbeda.
Direktur Eksekutif Bentara Budaya Hariadi Saptono mengatakan, meskipun berbeda, namun pergulatan mereka persis pada aspek atau tahapan yang sama, yaitu penggalian dan pengembangan identitas.
“Pergulatan identitas itu paling esensial dari proses kreatif seorang seniman. Jangankan individu seniman, sebuah komunitas, sebuah bangsa, tak pelak selalu bergulat dan bergumul dengan problem identitas itu,” kata Hariadi dalam pengantarnya, baru-baru ini.
Dijelaskan, Khoiri yang mengusung tema “Ngalor” menyebut ritme ekspresinya hadir dan terstimulasi oleh kontradiksi yakni kekuatan dan kerapuhan. Sedangkan Ali, dominan dengan pendekatan geometris, mengemukakan, rekonstruksi atas objek-objek karyanya sebagai upaya mengikuti dorongan intuisi yang dinamis.
Khoiri mengatakan, hidup dalam kenyataannya dihadapkan oleh ketidakabadian. “Harapan, semangat, ketegaran, kepedulian, keberhasilan, ketulusan, cinta, dan bahkan kebaikan, semuanya dihadapkan oleh kerapuhan,” ujar Khoiri.
Tapi, lanjut dia, apa saja yang diperjuangkan dan untuk apa itu diperjuangkan? Semuanya itu tak lain karena rasa peduli kita dengan yang lain.
Sedangkan Ali yang mengusung tema “Ngetan” mengatakan, karyanya berhubungan dengan realitas sosial di luar, di mana unsur-unsur dinamika yang menggerakkan itulah yang sesungguhnya mengganggu alam kreativitasnya untuk terus mendalami problematika yang ada.
Sementara itu, pengamat seni rupa Kuss Indarto mengatakan, tema “Ngalor-Ngetan” yang dalam bahasa Jawa berarti “ke utara dan ke timur” sebenarnya dalam pameran itu lebih berbicara tentang “ngalor-ngidul”.
“Ini merajuk pada aktivitas perbincangan orang tanpa tema yang fokus dan terarah. Sehingga, berkisah tentang segala macam baik politik, perkembangan teknologi gadget, olah raga, klenik, metafisika, hingga seks, atau pun perkembangan pasar seni rupa kontemporer,” katanya.
Menurut Indarto, karya-karya Khoiri dan Ali adalah proses kreatif yang layak dikayakan dengan tafsir. Ke depan, kata dia, mungkin bisa memberi pendalaman dengan aspek tematik.
Anda sedang membaca artikel tentang
"Ngalor-Ngetan", Perpaduan Karakter Berbeda Dua Pelukis
Dengan url
https://malariamosquito.blogspot.com/2014/05/perpaduan-karakter-berbeda-dua-pelukis.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
"Ngalor-Ngetan", Perpaduan Karakter Berbeda Dua Pelukis
namun jangan lupa untuk meletakkan link
"Ngalor-Ngetan", Perpaduan Karakter Berbeda Dua Pelukis
sebagai sumbernya
0 komentar:
Post a Comment