Demokrat Akan Memetik Apa yang Ditabur

Written By Luthfie fadhillah on Monday, September 2, 2013 | 8:10 PM






KOMPAS.com — Dua hari sebelum 11 nama peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat dilaporkan tim komite ke Majelis Tinggi Partai Demokrat, kader senior Partai Golongan Karya, Fahmi Idris, yang juga salah satu pendiri Wisma Kodel, mengajak wartawan bertaruh. Wisma Kodel adalah tempat wawancara calon peserta.

Pertaruhan itu dikemukakan Fahmi yang memahami kejenuhan wartawan menunggu acara tertutup di Wisma Kodel. Sehari setelah itu, Mahfud MD (mantan Ketua Mahkamah Konstitusi), politisi PDI-P Rustriningsih (mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah), serta pengusaha Rusdi Kirana (Direktur Lion Air) datang dan menolak ikut konvensi.

Dengan tegas, Mahfud membeberkan keberatannya ikut konvensi seperti hak dan kewajiban peserta konvensi ataupun Partai Demokrat, terutama setelah konvensi selesai dan pemenangnya ditetapkan. Mahfud juga menyoal ketidaksinkronan mekanisme konvensi dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Partai Demokrat.

Seusai jumpa pers Mahfud, anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Suaidi Marasabessy, segera masuk ruang rapat. Tak lama berselang, Suaidi bergegas pergi meninggalkan gedung, menolak menjawab hal yang dipertanyakan Mahfud.

Sehari kemudian, anggota tim komite, Effendi Gazali, mengakui adanya kesalahan administratif, bukan kecurangan terkait konvensi. Sejak awal, kriteria seharusnya dicantumkan dalam surat undangan dan semua surat keputusan majelis tinggi harus disertakan di dalamnya.

”Saya sudah kirim SMS (pesan layanan singkat) dan ngotot dalam pertemuan, tetapi anggota lain memutuskan mengirim undangan dahulu. Nanti dalam pertemuan pertama antara komite dan peserta, semua penjelasan diberikan. Nah, Mahfud hanya datang dan membaca surat pernyataannya. Jadi, tidak sempat melihat surat-surat yang akan diberikan ke peserta," ujar Effendi.

Padahal, semua calon peserta sebelum Mahfud tak menunjukkan adanya penyerahan dokumen kriteria yang diberikan tim komite, sebagaimana disampaikan Effendi. Anies Baswedan, misalnya, hanya menceritakan pembahasan pertemuan tertutup. Hanya Ali Masykur Musa yang membuka sedikit bahwa pada 30 Agustus 2013 diharuskan menyerahkan berkas administrasi dan 6 September 2013 menyerahkan visi dan misinya secara tertulis.

Lain Mahfud, lain Rustriningsih menolak undangan konvensi. Bagi Rustriningsih, selama tidak ada undangan resmi, nama-nama calon peserta yang beredar di media massa dianggapnya hanyalah rumor. Begitu mendapat undangan resmi, Rustriningsih datang sebagai calon peserta terakhir. Rustriningsih membungkus penolakannya dalam istilah sebagai silaturahim politik biasa.

Paling mengejutkan adalah kehadiran dan penolakan Rusdi Kirana. Rusdi hendak ikut konvensi lima tahun mendatang. Itu pun kalau ada lagi partai yang menyelenggarakan konvensi dan membuka peluang bagi dirinya. Kepentingan bisnis saat ini dijadikan alasan utamanya menolak konvensi ini.



Membawa uang

Untuk saat ini, ketika ditanya, Rusdi mengaku siap menjadi tim sukses partai politik untuk Pemilu 2014. Ia menunggu siapa yang duluan mengajaknya. "Saya siap saja masuk ke parpol. Yang jelas, saya datang bukan mencari uang, tetapi saya membawa uang," ujar Rusdi.

Pasca-Munas Luar Biasa Partai Demokrat di Bali, Maret 2013, pengamat politik LIPI, Siti Zuhro, dalam beberapa kesempatan menegaskan, Partai Demokrat makin kelihatan menggunakan sistem komando. Komando berada di satu tangan, yakni Ketua Majelis Tinggi dan Ketua Umum Partai Demokrat yang keduanya dipegang Susilo Bambang Yudhoyono. Kekuatan komando itulah yang membuat seluruh kadernya hanya tunduk dan melihat sosok SBY. Kini, saat SBY tidak bisa lagi dicalonkan sebagai presiden karena aturan konstitusi, partai yang didirikan tahun 2001 ini terlihat kebingungan. Publik kini melihat. Kaderisasi di Partai Demokrat terlambat dilakukan.

Siapa yang menabur, dialah yang semestinya menuai. Ibarat petani, kini di saat memasuki musim kemarau, saat paceklik mulai mengintip, petanilah yang susah payah memelihara. Memelihara agar benih yang ditabur tetap tumbuh pada masa- masa sulit. Memelihara agar kelak benih yang tumbuh menghasilkan bulir-bulir padi. Memelihara agar bulir-bulir padi tidak diserang tikus atau hama saat gelap, serta diserbu burung-burung pipit.

Petani yang bersusah payah itu pasti berharap agar hasil panenan bisa dipetik dan laku dijual, bukan dipetik orang lain. (Stefanus Osa)




Editor : Caroline Damanik







Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:











Anda sedang membaca artikel tentang

Demokrat Akan Memetik Apa yang Ditabur

Dengan url

http://malariamosquito.blogspot.com/2013/09/demokrat-akan-memetik-apa-yang-ditabur.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Demokrat Akan Memetik Apa yang Ditabur

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Demokrat Akan Memetik Apa yang Ditabur

sebagai sumbernya

0 komentar:

Post a Comment

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger